Jumat, 03 Juni 2016

Hubungan?

Ini lanjutan dari ceritaku kemarin. Tentang manusia itu lagi. Kenapa di blog ini? Karena kurasa blogku kurang aman. He. he he. 

Aku tidak tahu sedang menjalani hubungan pertemanan, lebih dari teman, komitmen, atau mungkin terikat. Yang kutahu sekarang, dia menjadi teman ceritaku. 

Baru kali ini. Aku menyukai seseorang bukan karena karakternya, prestasinya, atau fisiknya. Tapi karena bagaimana dia sharring tentang pola pikirnya bagaimana dia mengkritikku bagaimana dia membuatku benci se benci bencinya bagaimana dia membuatku kesal se kesal kesalnya tapi sekaligus membuatku kagum senang dan selalu berharap dia terus ada untuk memojokkan aku. 

Mungkin tadinya kami sama-sama tidak ingin orang lain tahu tapi apabisa dikata. Satu angkatan di kelas yang sama, mahasiswa berjumlah dikit, kami tinggal di kota kecil, yah langsung saja semua menyebar. Meskipun tidak tahu cerita aslinya. Meskipun aku dan dia sama sama di judge tidak baik. Meskipun aku yang dinilai anak baik-baik mungkin akan terkena imbasnya karena kedekatanku dengannya. Tapi, aku tidak menjadikan itu beban karena ya memang tidak ada yang tahu semuanya. Seringkali aku hanya tersenyum mesem mesem gak jelas dan tertawa dalam hati atau bahkan aku seringkali menahan emosi dalam dada karena teman lainnya menghakimi dia keterlaluan. Tapi disini, seperti yang selalu dia katakan. "Kamu bukan anak kecil lagi. Tetap dengarkan orang jadiin evaluasi tapi tidak dimasukkan hati." Tidak se puitis itu memang tapi aku hanya merangkumnya hehehe. 

Aku dan dia sama sama berawal dari kesalahan dan dari ketidaksukaan satu sama lain. Karakter yang beda, masa lalu yang beda, teman dekat yang saling cerita, yang justru membuat kami berdua penasaran untuk saling mengenal. Entah apa karena pola pikirku yang sudah berubah, aku benar-benar merasa inilah hubungan pria-wanita yang sesungguhnya.

Komitmen yang aku pikir sama dengan pacaran, dibantah olehnya. Baginya komitmen adalah untuk diri sendiri. Pacaran? itu nanti setelah sama-sama yakin dan jika sudah pacaran, sudah jelas orang tua harus tahu dan kita berdua harus yakin. Bukan yang mencoba lalu putus lalu pacaran lagi dengan lainnya. Bukankah lelah jika harus terus begitu? Akhirnya meski aku sempat kesal dengannya karena tidak menjelaskan kepastian apapun, tadinya aku hampir menyerah dan sama sekali tidak lagi mau terlibat dengannya. Tapi, aku berpikir ini akan menjadi tantangan bagiku dan baginya. Akhirnya aku sepakat dan makin lama komitmen itu tertanam sendiri. Komitmen seperti apa? Komit untuk sama-sama saling menasihati jika perlu, komit untuk sama-sama saling menjaga hubungan, komit untuk selalu berkata jujur, komit untuk menjaga hubungan dengan lawan jenis, dan untukku, komit untuk menerima konsekuensi apapun yang telah aku ambil. 

Hubungan apa ini? Yang kami lakukan hanya belajar bareng, makan bareng, sharring bareng, jalan? uh tidak pernah. Saling nemenin kalau belanja, mengantarkan saat butuh ke klinik, mengantarkan keperluan untuk ukm, saling menjaga, memarahi apabila aku bohong, memaksa aku untuk bercerita semuanya, tempat rewel, tempat marah-marah karena ukm lain, Membicarakan kedepannya? tidak sejauh itu. pernah tapi dia pun bukan orang muluk yang menjanjikan a b c d dia selalu membuatku gambling namun merasa penasaran akan jadi apa nanti. Untuk orang visioner sepertiku? Ini menyebalkan bukan? Tapi, semakin lama aku pun menjadi sadar. "Orang ini tidak mengumbar janji. Terlalu realistis." 180 derajat beda dengan orang visioner yang muluk muluk sepertiku,

Aku masih kekanak-kanakan tapi aku selalu menutupinya dengan pola pikirku yang straight, dengan mendengarkan orang lain, dengan menjaga teman-temanku, dengan menasihati orang dengan bijak, dengan berusaha berpikir kritis, dengan membantu orang mengurusi dirinya, dan banyak hal lainnya yang berusaha aku perlihatkan agar orang orang menilaiku dewasa. Aku tidak suka dibilang childish apalagi sebagai anak sulung dan dengan umur yang semakin tua ini. 

Namun, apa yang telah aku perlihatkan, semuanya terbongkar olehnya. Dia melihat sisiku yang sering mengeluh, sering marah-marah, egois, ego sentris, ingin semua orang mengerti aku, ingin semua orang sepertiku yang tertib, ingin semua orang disiplin, namun tetap tidak bisa tegas. Dan lagi tidak bisa menolak meski aku tidak sanggup. Jujur, tingkat kekesalanku padanya meningkat tajam dan drastis seperti kurva common source yang non intermitten. Sial. kebongkarlah sudah sifat dan karakter asliku. 

Tapi lucunya, dia ingin mendekatiku karena hal itu semua. Karena aku bukan orang yang dewasa, karena pola pikirku yang berbeda, karena sikapku yang kanak-kanak dan sering rewel, karena seringnya aku mengeluh. karena perlunya aku dinasihati, karena aku yang ego sentris. katanya: yang penting kamu orang baik.

Disini, bukan lagi fisik yang menjadi daya tarik. Disini karena komit diri masing-masing. Dan disini, dia yang lebih dewasa atau kadang jika kesal aku merasa dia sok dewasa dan aku yang masih di anggap anak-anak. Dia memang senang menasihati orang meskipun aku sering membatu dan tidak mengikutinya tapi dia mengikuti prosesku bukan hasilku. Jika aku terlalu membatu kemudia diakhir aku mengeluh, dia hanya berkata "aku gamau bahas yang pernah aku bilang. tapi kamu udah masuk mau tidak mau harus ikhlas atas semuanya. solusinya cuma kamu yang tahu, kamu bisa jadiin aku tempat cerita tapi prinsip kita beda, solusi yang kamu ambil akan beda." Luar biasa. Haruskah aku menyesal telah mengorbankan kedekatanku dengan teman yang menjauh karena laki-laki? yang bukan mendukungku disaat sulit tapi menambah bebanku? yang tidak mengerti aku kanak-kanak dan pelan pelan dalam bertindak namun malah menyerangku? 

Aku tidak tahu yang dia lakukan pencitraan laki-laki atau bukan. Yang jelas, untuk saat ini aku percaya. Yang jelas, yang aku tahu orang ini selalu ada saat aku butuh rewel. Dia baru akan bilang dia capek setelah aku selesai cerita. Bukan menolak mendengar ceritaku atau kabur begitu saja. Disini aku hanya perlu sabar dalam menerima kata-katanya yang sering memarahiku atau saat dia sedang kesal dengan orang lain. Tapi disisi lain dia pun harus sabar saat aku rewel dan melakukan hal-hal aneh yang sulit dia terima atau karena sikap posesifku yang luar biasa kekanak kanakan. 

Saat ini aku makin memahami dan mendalami hubungan antar lawan jenis. Ditingkat lebih lanjut dalam cinta monyet adalah hubungan saling memahami, saling mengerti, dan saling mendengarkan satu sama lain. Yang ditekankan dalam komitmen adalah kejujuran satu sama lain. Itu saja? dan yang penting tidak memaksa dan tetap memberikan pilihan. Lalu apabila sedang kesal? Bicarakan baik-baik dan jujur. Itu mudah kan? Bagiku tidak, tapi....

Dalam hubungan aku dengannya. Kami sama sama belajar. 

Minggu, 15 Mei 2016

Lama

Hai kalian yang di bandung dan depok. Apa kabar? Maaf ya aku mau menulis tapi bingung nyari tempat. kalau di blog nanti ketahuan hehe. Mungkin kalian sedang sibuk, tak apa. aku cuma mau cerita karena jujur aku bingung cerita kemana. Hahaha ibaratnya aku lagi ada di sebuah tempat yang ramaiii banget tapi aku di tengah beda sendiri dan ngerasa sendiri. Itu yang kurasa dari kemarin. Teman banyak tapi kurasa mereka hanya hanya akan dengar dan menyebarkan bukan memberikanku solusi ataupun memberiku dukungan. 

Begini. 

Kalian tau masa masa smpku yang luar biasa kelam kan? Kalo dipikir pikir lucu juga sementara saat SMA aku berubah sedrastis itu. Berhijab, hafalan quran, ikut kajian, aktif organisasi. Lucu mungkin aku tidak dekat dengan lawan jenis dan memilih kesibukan ini itu. Bahkan untuk pergi ke rumah teman sekedar main pun jarang kulakukan. Waktuku sehari-hari untuk rapat, ikut kepanitiaan sekolah, mencari dana, kegiatan sosial, mentoring, dan workshop ini itu. 

Semula kukira aku bisa menjadi seseorang seperti aku di masa sma. Tidak peduli akan lawan jenis seperti teman temanku lainnya. Namun, seiring dengan bertambahnya usia. Ternyata sulit ya? Aku belajar bahwa ya memang ini normal karena pengaruh hormon. Hanya saja bagaimana kamu mengendalikan hormonmu. Itu masalahku saat ini. Di umur mendekati kepala dua, hormon kita seakan sedang berada di puncaknya. 

Semasa kuliah, Aku kira aku akan fokus dengan akademis. Aku mengerti setelah sma, perjalanan hidup kita tidak mudah. Pendidikan yang kita tempuh pun harus dijalani dengan serius. Ini bukan lagi masa kita mencari jati diri. Namun ini tempat kita mempersiapkan diri menghadapi dunia dengan jati diri yang telah kita temukan sebelumnya. Awal semester aku fokus dengan segala akademisku dan ambisi ambisiku soal nilai dan cita-cita. Namun, aku merasa gagal. 

Ambisi yang aku bentuk saat lulus sma, dikalahkan dengan hantaman sistem kurikulum yang belum kumengerti, adaptasi yang panjang dan harus terus menerus berubah seperti bunglon, dan kerinduan pada rumah yang menggebu yang memaksaku untuk ingin pulang ke pangkuan ibuku. Cengeng. Aku cengeng sungguh. Bahkan aku sadar bahwa hidup sendiri di kos adalah pengaruh dari rayuan rayuan kakak kelas semasa sma dan aku hanya mengikuti egoku. Memaksa untuk masuk jurusan ini agar aku diizinkan ngekos. Persetan dengan cita-cita masa sma. Aku baru menyadari itu di awal semester. Lucu memang. Bodoh. Aku tahu. Tapi. ini. aku telah nyemplung. 

Dengan pencapaian akademis yang pas-pasan. Dengan ambisi yang semakin melemah. Dengan bujukan dan rayuan organisasi sekitar. Aku ikut organisasi. Kembali. Dan kini aku sedang kalut dan belajar kembali memegang amanah dan menjalankannya. Dan kubaru sadar. Inilah aku. Hidupku. Amanah dalam berorganisasi. yang tidak aku ceritakan pada orangtuaku. bahkan adikku. 

Selesai dengan akademis dan organisasiku. Inilah inti ceritaku sebenarnya. Lawan jenis. 

Cerita di sinetron ternyata tidak semudah itu. Jauh lebih lebay dan lebih kompleks. Di hidupku saat ini. Awal semester aku bertemu dengan teman-teman yang berbeda karakter. Jelas. Kita berasal dari kota berbeda dengan budaya dan sikap yang berbeda. Semula aku berteman menjalin akrab dengan mereka. Mengikuti kegiatan 'sistem pertemanan' mereka. Namun, ini bukan aku. Saat itu pun aku dekat dengan lawan jenis. berteman biasa dimulai saat meminjam catatan. HAHA KLASIK. tapi sungguh, ini bukan di sinetron. Ini hidup dan ceritaku.

Dengan tulisan di catatanku yang seperti cakar ayam, dia tetap memfoto kopi. Menghampiri ke kosan dengan membawa berbagai macam makanan, pertanyaan, dan lelucon. Tenang. aku tidak ekstrem membawa pria ke kamar. Kami di ruang tamu. Kami pun sering makan bersama dengan temantemanku yang lain. Hanya saja dia sering mengajakku lari setiap hari minggu untuk olahraga. Aku yang malas dan tidak bisa olahraga kadang menolak dengan alasan ketiduran. He he he. 

Mungkin memang jalanku bukan bersama dirinya, dia memilih berkomitmen dengan perempuan lain. Meskipun dia yang menjagaku saat aku dirawat, meski dia yang menemaniku sampai teman-temanku datang, meski dia yang sering mengantar jemputku saat ku belum punya kendaraan, meski dia yang menjemputku dari stasiun saat aku tiba jam 3 pagi. Tapi ya memang bukan dirinya. Atau mungkin aku yang terlalu berharap? Karena toh dia belum pernah mengajakku berkomitmen. 

Aku bertemu dengan teman lain. Mengajakku untuk berteman dengan teman lainnya. Kali ini kami memiliki kelompok bermain dengan lawan jenis. Hahaha lucu memang, aku pikir ini seperti di film-film. Kau punya teman se-geng bersama lawan jenis dan ini seru. Seru kurasa. Kami sering makan bersama, Belajar bersama dan pelan-pelan nilai kami sama-sama meningkat. Kami pun punya segudang rencana liburan yang entah mengapa lebih sering gagal terwujud dibanding berhasilnya. Wa-ca-na. 

Kami berteman dan berteman hingga suatu saat. Salah satu teman dekatku bercerita tentang perasaannya pada teman lainnya. Kaget? Agak. Aku sudah merasa dan sudah melihat. Tapi karena aku aktor yang baik, aku pura-pura bodoh. Atau memang bodoh? Entah. Intinya hari makin hari mereka terlihat sering bersama dan dekat. Aku ya penonton yang baik dan penikmat yang baik. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal. Entah feeling atau bagaimana. Aku merasa, teman dekatku ini agak 'agresif' dan terlalu menunjukkan padahal makhluk dari planet mars ini agak playboy. 

Aku tidak terima. Aku sering mengingatkan teman dekatku. Aku menganggap dia sahabat. Ya, kami sangat dekat. Seringkali aku menentang dia untuk terlalu berlebihan menyukai si 'Mars'. Entah feelingku berkata, temanku akan kecewa. Well, mereka memang semakin dekat. Orang-orang pun semakin beranggapan mereka dekat. Bahkan tak jarang aku menjadi sasaran empuk penggosip penggosip ceria untuk bertanya. Aku yang memang tidak tahu hanya membuat mereka semakin bertanya-tanya. Tapi sungguh. Aku takut teman baikku ini kecewa. 

Hingga suatu saat, teman dekatku ini bercerita bahwa dia telah berterus terang dengan si "Mars". Aku sungguh kaget. Tidak menyangka dan agak, entah kecewa. Dengan aktingku yang seadanya aku berusaha tenang dan mendengarkan dengan baik tanpa berusaha menghakimi karena aku yakin, dia butuh cerita. Si "Mars" sudah kuduga. TIDAK ADA KOMITMEN. Intinya, mars hanya menganggap dia teman. teman baik teman biasa teman teman teman teman teman. tidak lebih. Kenapa kamu sangat dekat dengannya, wahai Mars? Sejujurnya, aku ikut sedih dan kecewa pada Mars. 

Entah tipe orang seperti apa aku ini, aku yang kesal pada Mars justru sering kedapatan kerja bersamanya. Mungkin jalannya agar aku tidak menghakimi orang seenak jidat, kami sering disuruh mengerjakan tugas bersama, pergi bersama, ambil ini itu, ikut kepanitian bersama. Tidak, aku sudah mengerti "Mars" aku tidak mungkin terbawa perasaan karena sering bersama. Aku jelas telah melihat buruk-seburuk buruknya planet itu. Karena sering bersama itu, aku kadang berbohong pada teman dekatku. Aku takut, dia kecewa. Aku takut dia menganggapku 'gatal'. 

Tresno jalare suko kulino *maafjikasalah. Memang benar ternyata. Aku yang tadinya terpaksa berdua justru menjadi sering bersama. Orang lain tidak tahu memang karena menganggap aku dan dia sama sama biasa jalan dengan lawan jenis. Jujur, aku pun menjadi venus yang berteman akrab dengan mars. manapun siapapun. Jadi teman-temanku menganggap biasa saja. Setiap kali aku merasa senang padanya, aku selalu mengingat teman dekatku dulu dan selalu menepis perasaan itu jauh jauh. Aku berusaha mengalihkan dengan dekat dengan orang lain, teman smaku. Namun, karena sering bersama. AKU TIDAK TAHAN. Akhirnya aku menjebloskan diriku dalam kesibukan kesibukan yang tiada habisnya di organisasi dan kepanitiaan. 

Semakin aku sibuk, semakin dia tiba-tiba muncul. Membantuku. Entah apa yang dia bantu. Kami memiliki jalan pikir yang sangattttttt berbeda. Kurasa aku akan selalu bermusuhan dengannya karena kami berdebat tiada habisnya dengan prinsip kuat kami masing-masing. Sehingga aku agak terbantu menepis perasaanku padanya. Meskipun, dia tidak jarang mengajakku berkomitmen dengan canda-candanya yang selalu kutepis dan tak kuanggap serius. 

Hingga suatu hari. Aku dikecewakan oleh teman dekatku. Aku sakit hati dan entah kenapa aku tidak bisa bercerita padanya atau mengungkapkan segalanya. Aku sungguh kecewa. Berhari-hari aku berpikir. Tak pernah terpintas pikiran balas dendam ataupun pikiran jahat lainnya. Namun disaat aku sendiri seperti itu, si "Mars" datang dan lagi-lagi menawarkan tempat dan kenyamanan. 

Disinilah. Tiba-tiba dia berkata serius. Kami berkata serius tiba-tiba dengan pizza ukuran small dan rintik hujan diluar menjadi saksi. Aku malu jika menceritakan keseluruhan. Yang jelas, dia menceritakan semua tentang diriny, keluarganya, masa lalunya, juga masalah hubungannya dengan lawan jenis. Apa yang kudengar selama ini, salah. Apa yang oranglain katakan salah. Apa yang dibentuk orang lain tentangnya tidak benar. Dia bercerita secara gamblang berusaha terbuka dan menjawab berbagai pertanyaan sarkastikku. 

Aku kaku. Aku gagu. Entah yang mana yang harus kupercaya. Tapi ada suatu bisikan dari dalam diriku bahwa aku pantas percaya padanya. Dan hari itu, dia mengajakku untuk berani berkomitmen dengannya. Orang-orang sebelumku, tidak pernah dia ajak berkomitmen. Dia ingin berubah. Dia tidak ingin lagi dekat dengan Venus lainnya. Dia percaya padaku untuk merubahnya. Dia ingin aku merubahnya! Amanah. lagi. Dan seperti yang kukatakan tadi. Hidupku adalah amanah. dan ini motivasiku untuk menjadi lebih baik karena aku merasa berguna. 

Dia ingin berubah.
Dia ingin berubah.
Dia ingin berubah.
dan dia ingin aku yang merubahnya. 
Aku.
Aku. 

Dengan prinsip yang sangat berbeda soal hidup tapi tidak soal hati. Dia merasa sudah cukup mencarinya. Dia ingin selesai dan berakhir di aku. Meski dia baru berani serius nanti. Saat kami sudah sarjana. Dia hanya ingin terus dekat denganku karena merasa aku memiliki pengaruh atas dirinya dengan karakter kami yang berbeda. 

Aku pernah bertanya pada temanku yang lain yang netral dan tidak memihak salah satu. Dia bilang, si Mars orang baik yang sangat mungkin berubah jika ada yang berani merubahnya. Dan seseorang seperti dia apabila memilih untuk berkomitmen maka insyAllah akan serius melakukannya. 

Aku terdiam dan di hari kemudian, aku pun berani berkomitmen dengannya. Kami sepakat pada hubungan yang bukan mengumbar. Dia tidak senang update medsos. Dia ingin kami saling percaya tak perlu orang lain tahu yang penting kami saling ada satu sama lain untuk saling mendukung. 

Namun,
.
.
.
Disaat aku merasa baik-baik saja, teman dekatku dan teman teman dekat yang lain merasa aku dipermainkan. Memang mereka belum tahu apa yang telah terjadi dan aku merasa dihakimi karena langsung disuruh menyingkir karena menganggap dia bukan pria baik. Bagaimana, kawan? 
Sungguh. 
Aku. 
Kalut. 

Oleh kawan kalian yang selalu kalut. R. 

Rabu, 12 Agustus 2015

Kangen

Aku bukanlah pujangga
yang mencipta syair dan langsung dirasa

Aku bukanlah penjabat
yang berkuasa dengan hebat

Aku bukanlah artis papan atas
yang berpanduan pada kertas

Aku. Ya aku.
Manusia bukan setengah dewa
Manusia bukan setengah hewan
Apalagi setengah tumbuhan

Aku manusia biasa
Tak diacuhkan siapapun
Tak peduli tempat manapun
Binatang kecil pun melewatkanku

Jatuh ......
Bangkit......
Jatuh lagi.....

Itulah hidupku

Tapi

Dimana kalian?
Aku kangen.......





Minggu, 22 Maret 2015

Hello?

Hey, how are you guys?
I hope that you guys are doing fine. 

Well, it's been a very long time not to meet you guys, except Atika whom I met in MP a few months ago. You have no idea how much I miss to spend my time together with you guys. Our frequency of communication is indeed seldom but I never forget to wish the best things to you. Come to think of our dreams in Junior High, it's cute to remember it, though. And the path that we're taking now is a bit different with our dreams years ago. I continue my study in Bandung, Atika continues her study in FKG UI, Luthfi continues her study in Teknik Mesin PNJ, and Rakhmi continues her study in FK Unsoed. I felt utterly glad when I first heard about the news of your success to pursue your dreams. We're now separated again. We live in different places to reach our own goals, yet you guys have to remember one thing that we'll eventually meet again in our success, our own success. I hope you guys the best, always. And, see you on top! :-)

And hope to see you guys together real soon. 

Ilfa

Minggu, 25 Mei 2014

letter when heart beating time...

assalamu'alaikum,
girls how are you? hopefully fine, really miss you all. I think all of you feel the same thing right, as a student who waiting for the time to be accepted in the university where we dreamed to get in there. aku berdoa semoga kita berempat bisa mewujudkan mimpi dan cita cita yang selama ini kita doakan dalam setiap sholat kita dalam memohon doa restu kedua orang tua kita, agar pada akhirnya kita bisa resmi menggunakan jaket kampus kita, berfoto di kampus yang kita harapkan menjadi tempat kita untuk meraih ilmu ilmu yang kita minati dan kita harapkan dapat melengkapi wawasan kita, agar kelak kita bisa menjadi generasi muda bangsa kita dengan predikat yang baik, insya Allah bahkan terbaik. Tidak ada yang mustahil bukan? kalian percaya itu?! Dan pada akhirnya kita bisa mengharumkan nama guru-guru kita, sekolah kita, dan yang paling utama dan pertama adalah orang tua kita . That's the important factor in our life. Mohon lah doa restu dari kedua orang tua, teman dan sanak saudara.

girls, i telling this in the middle of the night to make our communication keep going, kalian tahu aku emang gak aktif twitter jadi.., and from this post... aku mohon doa restu dari kalian bertiga untuk bisa diterima di Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , mohon maafkan segala kesalahanku selama ini yang mungkin masih mengganjal dalam benak kalian bertiga, and i pray all of us insya Allah can reach our dream. Amin Ya rabbal alamin. See you, i'm waiting you all with your photos! KEEP FIGHTING AND KEEP PRAYING.

Wassalamu'alaikum.
Atika Rahmasari


Jumat, 25 Oktober 2013

Girls Talked

Susah ya jadi cewek. Oke gue memulainya dengan kalimat random. Gagal sudah jadi penulis profesional. Just check my opinion about this stuff. Kenapa susah jadi cewek? Lo harus menunggu. Menunggu bro! Entah sampai kapan tapi tugaslo ya menunggu. Waktu? Cuma Tuhan yang tau kapan lo berhenti menunggu. Apa yang lo tunggu? Seseorang. Girls must be waiting for someone. Not looking for. W-A-I-T-I-N-G. 

Lo harus menunggu seseorang yang berani menghadap ke orang tualo dan berani buat berjanji akan bertanggung jawab ataslo. Seseorang yang -lo gatau dia serius atau ga- berjanji buat menjaga lo dan yang akan membuatlo jauh dari orangtualo. Seseorang yang bisa aja membuat lo makin dekat dengan Sang Pencipta atau akan membuatlo futur. Seseorang yang harus lo turuti karena itu salah satu ibadah.

Honestly, capek gak sih girls? Tapi itu kewajiban kita. Menunggu huh sampe kapan? sampe tiba waktunyalah. Betapa so sweet-nya anak adam saat berani ngadep ke orangtualo dan berjanji akan bertanggung jawab ataslo. Tapi apakah ia tulus dan serius akan ucapannya? Hanya Tuhan yang tau. Oke gue random sekali membicarakan "teenager syndrome" disaat gue mau Ujian Nasional. Yak inilah yang akan kita hadapi kawan! Masa-masa menunggu kita!

Kalo orang bilang emansipasi wanita, apakah itu berarti wanita berhak maju selangkah dari lelaki? Gue menganggap kayak solat. Emang cewek boleh jadi imam? It's totally wrong! Maju boleh tapi kita juga punya batesan jeng! Sama aja kayak "mendapat jodoh". Apakah wanita boleh mengejar anak Adam? I'll ask you. Lebih asik mana sih jeng, menjemput atau dijemput? Oke simpen jawaban itu. Everyone has different answer. Sok bijak banget lo rak!

Girls, gimana sih memahami anak Adam yang satu itu? Disaat kita pikir dia akan menjemput kita, eh dia malah berbelok dan menjemput orang lain. Capek ya kalo berkali-kali digituin. Bukannya kebal tapi malah semakin trauma. Gue mau menjadi Aisyah. Polos. Gak tau ini itu. Cerdas. bertanya saat gak tau dan gak mau mengulangi kesalahan yang sama. dan the most important one! Amat sangat disayang Rasul. Aisyah mungkin tak keibuan seperti Khadijah namun Aisyah dengan kecerdasannya mampu menaklukan hati Rasul dan Sahabat.

Di php-in emang gak enak ya teman? Capek, makan hati, bingung, dan nguras waktu dan pikiranlo doang. Tapi apa daya. Cewek harus nunggu. Gabisa menjemput karena ovum ditakdirkan untuk menunggu kan? Temen-temen gue mungkin punya seribu kisah kasih di sekolah atau seribu kumpulan cerita menarik percintaan masa sma. Tapi gue? Dari kelas 10-12 diginiin terus loh guys:( Di belokin mulu. Jadi pelarian terus belok belok deh tuh orang. Mau jadi seorang akhwat yang kuat. Yang fokusnya cuma untuk sekolah teman dan keluarga. Gak mau terlibat dalam cinta. Kalo cinta yang dimaksudkan adalah pahitnya. Lelah sama php. Apakah dulu gue pernah melakukan hal ini ke seseorang sehingga gue dapet karma? apakah ini karma? Gue gak tau dan gak mau tau. Gue lelah kawan. Setelah pikiran gue terkuras karena 'dia' gue harus mengembalikan semuanya sendiri. Dan 'dia' pergi gitu aja. Capek juga oy.

Gue lagi masa-masa futur nih teman:( Perlu bimbingan agar tetap di jalan-Nya. Gue lagi di perempatan dan bingung harus kemana. Ini emang random banget guys. Dan. Gue kangen kalian. Dan bentar lagi UN! Mau masuk mana kalian? Plis posting dong. Sepi banget disini hahah. I miss you guys.





Miss you guys, so damn.

Rabu, 03 Juli 2013

Menjaga untuk Nanti

Disini gue cuma mau ngeshare, gamau menggurui jadi maaf ya teman-teman kalau ada saatnya gue salah ucap atau ketikan. Maklum masih belajar dan belum mengerti tentang beginia. Kan Learning by Doing. Gue suka melakukan itu walaupun masih tertatih toh lama-lama bayi akan lancar jalan juga kan?

Gimana sma kalian? Kalian masih sama seperti dulu kan? Yah gue yakin PEOPLE CHANGE. gaada yang sama. Tapi gue berharap, kita masih sama seperti dulu. Masih saling merindukan satu sama lainnya.

Teman, kalian pernah merasakan jatuh cinta kan? Bagaimana rasanya? Kalau kata orang-orang sih berjuta-juta. Manis, asam, pahit, pokoknya banyak banget rasanya kan. Tak terhingga. Bagai diatas awan. Dunia serasa milik kita sendiri. #tsaaah. Lebay ya hehe maaf deeh itu yang gue pernah rasain soalnya. Orang disekeliling pun merasa aneh di dekat kita. Tiba-tiba senyum senyum sendiri. Sering melamun. Pokoknya seakan kita menjadi orang palinggg bahagia di seluruh dunia. 

Gue pernah merasakan hal tersebut kawan. Berkali-kali mungkin. Saat seseorang yang berjenis kelamin berbeda mendekati kita, rasanya deg deg serrr. Apalagi kalau orang tersebut adalah orang yang selama ini kita kagumi. Wah perasaan jadi berbunga-bunga. Bahkan tanda didekati saja, jika kita melihat orang yang kita kagumi, perasaan kita menjadi terombang-ambing. Rasanya senang melihat dia berlarian, berjalan, duduk, bahkan cuma melihat sekilas wajahnya. Duh gimana ya perasaannya. 

Gue sering banget ngalamin waktu smp kan? Kalian tau itu kan? You know me so well guys;) Tapi setelah gue pikir-pikir sekarang, itu hanyalah kagum monyet. Kalo orang bilang cinta monyet, menurut gue itu cuma suka monyet atau kagum monyet. Cinta lebih dalam daripada itu guys. SMP sih gue menganggap semua itu semu. Mungkin gue merasa excited dulu karena gue gapernah ngerasain ini sebelumnya dan saat ada orang yang membuat gue ngerasain itu....I feel so glad because finally I can feel something weird but beautiful. 

Saat gue mulai masuk SMA, gue berharap gak pernah merasakan hal tersebut lagi. Awalnya gue stuck. Stuck with the last person I liked on Junior High. Kalian tau orangnya kan guys? Tapi ternyata, di SMA pun gue bisa merasakan hal yang sama. Gue ngerasa bersalah. Karena gue udah berjanji ke diri gue sendiri dan ternyata gue salah. Ya, gue merasakan hal yang sama ke orang yang berbeda di tempat berbeda. 

Gue telah mengenal perasaan seperti ini lebih dalam. SMP mungkin hanya sesaat atau yah gak lama. Tapi setelah pola pikir gue makin seperti remaja, hal ini menjadi lebih dalam. Gue kira ini akan bertahan sangat lama dan gue gak mau perasaan ini berubah. Tapi nyatanya, he left me. Seseorang yang membuat cinta tampak nyata meninggalkan gue. Gue gak tau apa yang ada di pikirannya. Kenapa mesti disaat hati ini berusaha untuk yakin. Saat hati ini sudah memilih. Saat hati ini membuat gue merasa sangat bersalah. Dia mesti pergi. Gue gak tau harus gimana. Mungkin ini terlalu cepat. Mungkin sebaiknya gue lebih berhati-hati. 

Teman, gue pun mulai belajar. Dari awal meninggalkan Jakarta dan segala kemewahannya, gue mulai belajar untuk menjadi lebih baik. Di sini, di tempat ini gue belajar mengenai cinta yang dalam. Lebih dalam dari sekedar rasa kagum dan nafsu. Lebih dalam dari seonggok ucapan yang keluar dari mulut. 

Cinta dalam diam.

Ternyata itulah cinta yang paling dalam. Ternyata itulah cinta yang mengalahkan berbagai bisikan yang merugikan. Ternyata itulah cinta yang paling kekal. Cintai dalam diam. Mencintai dalam diam adalah hal yang paling Allah sukai. Mungkin karena kita di negara Indonesia dengan pengaruh globalisasinya yang begitu besar, quotes cinta yang dibuat justru "Jika sayang, ungkapkanlah" Jujur, gue setuju dengan pepatah ini. Tapi perlu ditambahkan. "Jika sayang, ungkapkanlah. Jika memang sudah waktunya." Maksud gue disini jika keduanya telah siap. Siap lahir batin dan siap saling mencintai. 

Bayangkan kalau keduanya ternyata saling mencintai. Mereka tidak mau saling mengungkapkan namun pada akhirnya Allah juga kan yang menentukan dan mereka pun bersama. Sungguh cinta yang paling romantis versi gue. Tapi, jika mereka memang bukan jodoh. Toh, jodoh di tangan Allah. Gue yakin Allah akan selalu memberikan yang terbaik pada kita. 

Mungkin Sang Pencipta menyayangi gue, sehingga gue diajarkan untuk menerima rasa sakit yang dalam. Luka yang perih saat orang yang membuat gue bahagia tiba tiba meninggalkan gue. Mungkin Sang Pemberi menyayangi gue, sehingga saat gue ingin melanggar perintahnya, Dia membuat terjatuh agar sadar bahwa itu bukanlah hal yang baik. Sebelum kita mencintai yang diciptakan, kita harus mencintai yang menciptakan dulu kan? Kita pun harus mendekatkan diri dulu pada yang menciptakan. 

Gue pun masih belajar soal menjaga hati. Gue mungkin belum teguh pendirian untuk menjaga cinta. Tapi teman, gak salah kok kalau kita memiliki rasa cinta yang dalam kepada seseorang. Asalkan tidak melebihi rasa cinta kita kepada Sang Pencipta ya;) Wajar jika setiap manusia memiliki rasa tersebut, namun alangkah baiknya jika kita menyampaikannya di saat yang sudah tepat ya. Semoga aja gue bisa seperti ini. Jujur gue pun masih ragu soal menjaga hati. Apalagi menjaga sikap. Wah kesannya susaaaaaaaah banget deh apalagi kalau udah soal pergaulan. Bisa-bisa minder sendiri kan? 

Gue sedang melakukan learning by doing nih guys. Di postingan ini gue gak mau bermaksud menggurui karena gue sendiri pun masih perlu digurui. Gue gak bermaksud menyalahkan karena toh belum tentu gue benar. Gue bahkan belum tentung bisa melakukan Cinta Diam karena itu sulit. Itu sulit. Gue pernah mencoba dan itu sangatttttt sakit bagi pemula. Hahaha kayak nyoba apa aja. Tapi tetap saja. Cinta dalam diam artinya mencintai dengan tulus, tanpa pamrih, dan tanpa nafsu. Itulah cinta sejati. Semoga aja suatu saat nanti kita bisa menemukan cinta sejati kita ya teman-teman. 

Sekian postingan gue kali ini! Semoga bermanfaat. Maaf ya, gue gak pernah bermaksud apapun di postingan ini. Niat gue tulus cuma mau ngeshare kalo sakit hati lebih sakit dari sakit gigi. So, be yourself though people try to change you! *ganyambung

Salam cinte,
sumber gambar: designlap.com 

Bestfriend

Bestfriend
alesan kami jadi temen